Kamis, 27 Januari 2011

Tentang Khanza


"Ayaaah, ayah udh nyampe mana siiih, kok lama banget.... !!! " dengan suara lemas dan kesakitan untuk kesekian kalinya kutelpon suamiku.
" Keretanya ada gangguan bunda, jadi datengnya agak telat. Maaf ya sayang... Bunda kenapa ? udah mules - mules ya ? " Sepertinya ada rasa khawatir dalam nada suara Ayah.
" Pokoknya cepetaaaaaann..... " kututup telepon dengan kesalnya.

Huh kenapa pake ada gangguan segala sih, biasanya juga lancar-lancar aja tuh kereta. Kenapa ga naek bus aja sih. Dalam hatiku menggerutu menyesali kedatangan suamiku yang tak sesuai jadwal.

"Ya Allah, Ya Rabbi kuserahkan padamu, hamba mohon berilah kekuatan agar hamba bisa melewati semua ini" tak henti sebut nama Nya dan memohon pada Nya.

Sehari sebelumnya aku masih mengeluhkan mengapa tanda-tanda persalinan itu tak kunjung tiba, padahal sudah lewat beberapa hari dari hari perkiraan lahir. Terakhir dsog mengatakan kalau sampai 1 minggu belum ada tanda-tanda persalinan terpaksa harus dilakukan tindakan operasi karena telah terlihat adanya pengapuran atau kalsifikasi di beberapa bagian tubuh anakku dan juga kondisi placenta yang semaki lama semakin tua dan ditakutkan tak mampu lagi berfungsi optimal. Ooooh noo...... Sungguh hati kecil ku menginginkan proses persalinan anak pertamaku ini bisa normal.

Sore 1 hari sebelum kelahiran putriku, Abu mengajakku pergi ke pasar pulang pergi jalan kaki (fyi : jarak rumah - pasar kurleb 3km), katanya untuk merangsang kontraksi segera datang. Dan terbukti, keesokan pagi nya kudapati plek di pakaian dalamku, setengah teriak kuberitahu orang-orang yang kebetulan ada di rumah. Lega campur degdegan dan sedikit rasa takut menyelusup di dadaku.

Aneh, kenapa tak kunjung ada kontraksi juga ya, hmmm....
Kuputuskan untuk menunggu beberapa jam lagi sampai rasa mulas itu datang. Siang menjelang kemudian sore dan magrib pun tiba tak kunjung datang juga kontraksi yang ditunggu. Menjelang adzan Isya barulah ada rasa mulas sedikit dengan interval yang masih sangat jauh.

Oooh my... kenapa makin lama rasanya semakin sakit. Mulai tampak raut muka kesakitan di wajahku yang mengundang rasa khawatir pada seluruh penghuni rumah. Ibuku mulai menelpon bidan, tak lama adikku segera berangkat untuk menjemput Bidan yang tinggal tak begitu jauh dari rumah.

Jam menunjukan pukul 22.00, rasa mulas itu semakin menjadi, semakin lama jarak dari satu kontraksi ke kontraksi berikutnya semakin dekat. Semakin gelisah memikirkan suamiku yang tak kunjung tiba, kereta yang membawanya dari Bandung rupanya mengalami gangguan.

Beberapa menit kemudian tibalah Bu Bidan. Setelah melontarkan beberapa pertanyaan seperti sudah berapa lama terjadi kontraksi, berapa menit jarak dari satu kontraksi ke kontraksi lainnya, apakah ada plek dll maka dimulailah pemeriksaan.
Dengan menggunakan sarung tangan Sang Ibu Bidan mulai memeriksaku.
" Memang sudah ada pembukaan neng, tapi masih pembukaan satu, kita tunggu sampai pembukaan nya bertambah ya. Sementara ini saya pulang dulu, nanti kalo kontraksinya sudah semakin sering tlp saya lagi, kita periksa lagi. " Ramah dan tenang Bu Bidan menyampaikan hasil diagnosa nya.

Memang di kampungku saat ini kebanyakan ibu hamil yang hendak melahirkan banyak menggunakan jasa Bu Bidan Lela ini untuk membantu persalinannya. Selain karena keramahan dan sifat sabar yang luar biasa yang dimiliki Bu Bidan ini, bagi masyarakat Kab Ciamis kota kelahiran ku ini melahirkan dengan Bidan sudah dianggap sangat aman dan memuaskan dan tentu saja sangat terjangkau, heheee...
Alasan lainnya adalah tenaga Dsog di kota ku ini masih sangat minim, hanya ada sekitar 3 atau 4 orang saja dan kesemuanya berjenis kelamin lelaki. Hmmm, bagi beberapa ibu hamil termasuk aku rasanya risih dan sungkan untuk mempercayakan proses persalinan dengan bantuan tenaga kaum adam, yang notabene bukan suami atau muhrim kita. Itu pula lah yang menjadi alasanku memilih untuk melahirkan dengan bantuan Bidan, meskipun pada awalnya suamiku sempat tak setuju karena menganggap Dsog memiliki keahlian dan pengalaman yang lebih banyak dibanding Bidan. Namun setelah bertemu dengan Bidan nya dan konsultasi langsung akhirnya suamikupun setuju dan mengerti dengan keputusanku untuk memilih Bu Bidan untuk membantu persalinanku.

Pukul 12.45 suamiku tiba di rumah, cukup kaget melihatku ku kesakitan karena kontraksi. Memang sengaja aku tak memberitahunya bahwa sudah terjadi kontraksi, dengan alasan tak ingin membuatnya khawatir, meskipun menurut suamiku sudah ada firasat mengenai tanda tanda kelahiran putri pertama kami.

Rasanya malam itu kami hampir tak tidur sama sekali, sampai pagi menjelang, kontraksi semakin sering. Pagi sekitar pukul 08.00 Bu Bidan datang lagi untuk mengecek kondisi ku. Harap harap cemas kami menunggu penjelasannya.
" masih bukaan 1 neng, sepertinya masih harus bersabar lagi " masih dengan nada tenang Bu Lela menjelaskan.
Rasa rasanya sudah sakit sekali, kenapa masih bukaan satu saja. Dalam hati ku ada sedikit rasa kecewa dan cemas.

Semakin siang kemudian sore rasanya semakin sering dan sakit kontraksi kurasakan. Sampai malam menjelang, Bu Bidan datang kembali dan mengatakan bahwa sudah bukaan 4. Menurutnya sekitar pukul 01.00 malam mungkin kami sudah bisa bertemu dengan putri yang kami nanti nantikan.

Ada rasa haru dan harapan membuncah dalam dada. Dengan sabar dan penuh kasih sayang tak hentinya suamiku berkata " semangat ya bunda, sebentar lagi kita bertemu baby, Bunda yang kuat ya. "
Lalu dan selalu suamiku membisikan dan menuntunku untuk selalu menyebut nama Nya. Memohon pertolongan dan kasih sayang Nya agar kami dapat melalui proses persalinan ini dengan lancar dan diberikan kesehatan serta keselamatan untuk ku dan putri kami.

Rasa sakit semakin menjadi, dari ujung rambut sampai kaki rasanya sakit semua. Akhirnya Bidan memutuskan untuk melakukan induksi untuk merangsang pembukaan lebih cepat.

Maka hari jumat dinihari pukul 02.00 dengan diiringi takbir menyambut hari Idul Adha lahirlah putri pertama kami yang kami beri nama ' Khanza Nayla Hasna ' dengan berat 3,1 kg dan tinggi 51 cm.

Penuh haru dan bahagia dikumandangkan adzan di kuping putri cantik kami oleh ayahnya.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas anugerah terindah yang kau karuniakan kepada kami.
Jadikanlah putri kami putri yang shaleha, sehat, pintar dan berbakti kepada kedua orang tuanya.

Hari ini Khanza ku berumur 14 bulan lebih. Khanza tumbuh menjadi anak yang cantik sehat dan cerdas. Tak ada yang lebih membahagiaka kami sebagai orang tuanya selain menyaksikan putri kesayangan kami tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Terima kasih ya Allah atas semua karunia yang telah engkau anugrahkan kepada keluarga kecil kami.